Kumpulan Puisi Bumi Bicara (Free Hearty)

 Sukapuisi.com, 29/12/2021   07:35

Gb. Free Hearty (Kupukertas/Perbincangan Perempuan)


AKUIALAH DIA !

 

Kita memang tak mampu memilah

Diantara remah remah sejarah

Maka pujaan dan pujian pun terarah

Antara Pahlawan ciptaan

Atau Pahlawan turunan

 

Semua terpaku menuntut hak

Lalu melongos bicara tentang azasnya

Lantang dan garang selalu berteriak :

Kita semua berhak berbuat

Kita semua berhak dapat tempat

Kita harus mampu menghargai

Adanya perbedaan-perbedaan

Inilah warna-warni bangsa

Yang harum bagai bunga

 

Maka…

Lahanya, daerah kekuasaannya

Adalah keharuman lahan bunganya

Yang tak bisa digugat

Tak boleh!!! Catat!!!

 

Kemiskinan dan bau busuk itu

Adalah tempatmu

Warnamu menghidupkan warnanya

Kita berhak berbuat

Dan kita berhak mendapat tempat

Itu tempatmu dan inilah tempatnya

Kita telah memberi warna bangsa tercinta

Maka janganlah menggugat

Nikmati kemiskinanmu

Dia nikmati kekayaannya

Bukankah kita sama menikmati?

Kalau kamu tidak bisa

Itu salahmu! Salahmu!!

Jangan salahkan dia!!

Dia pahlawan kan?!

Ya, akuilah!!

 

Telah dia beri banyak jalan

Untuk kalian tentukan pilihan

Libas, lipat dan sembunyi

Lakukan!! Lihat dia!!

Sukses dan tak  terlihat

Lumpur darah penuh nanah

Tempat tidurnya

Ulat menggeliat di otaknya

Dan kalian semua toh bisa tertipu

Itu  salahmu kalau tak mau

Atau kau tak mampu menipu

Seperti dia?? Jangansalahkan dia!!

 

Ah, mari saling menghargai

Semua berhak berbuat

Semua berhak dapat tempat

Jangan dia digugat!

Kalau tak mau dilipat!

Dialah pahlawan!

Bagi Iblis dan Setan!!!---@2009

 

 

 

ESTAFET LAH!

 

Tanpa ragu kau membabi buta membabat bibit-bibit muda.

Tidak segemingpun hatimu membuka.

Tidak juga luruh dan luluh batinmu melihat gemuruhnya dada mereka.

Berjuang melawa guruh dan genta suara yang membahana,

Dari penguasa yag semakin tambun,

Terhenyak dikursi-kursi tua yang mulai  karatan.

 

Langkah mereka terganjal kerikil yang kau tebar sepanjangjalanan,

Mereka melangkah diderainya peluh,

Dibaju nan lusuh dan air mata yag mulai keruh.

Engkau tetap menengadah dihati yang mulai angkuh, jiwa nan beku, tanpa terpengaruh suasana yang mulai kumuh.

Kusi itu tidak abadi milikmu Tuan.

Juga jiwa dan tubuhmu yag mulai merapuh.

Istirahatlah!!

Estafetlah!---@Januari 2009

 

 

 

YANG JATUH

 

Matahari jatuh ke Pangkuan

Meredup dan melayu dalam pelukan

Melindur di senyapnya malam

 

Bulan menatap tajam

Cemburu kehilangan peran

Yang jatuh dipelukan malam --- @April2010

 

 

 

RINDU KITA ANAKKU

 

Seorang anak menulis untuk ibunya

Dalam tulisan tangannya yang indah:

Kutulis tangan surat ini ibu,

Sebagai tanda rindu yang tidak pernah berlalu

Meski membuat jariku kaku.

 

Aku rindu rumah yang menyeruakan bau tanah.

Kala gerimis menetekinya

Aku rindu jambu yang ibu beri pagar bambu

Karena ibu jemu, buahnya selalu kuganggu

Daun hijaunya pun harum kucumbu

 

Aku rindu flamboyan merimbun, ibu tanam di halaman nan anggun.

Aku rindu denting rinai membelai menyegarkan

Diatap rumah yang menyilakan rembesan masuk kekamarku.

Rinduku pada lumpur yang membungai kakiku

Rengkahnya yang gersang menyatu dilebur hujan

 

Aku tersepi disini ibu, di Negara empat musim

Kusimpan semua rindu di lemari  buku

Aku disini terasing dari tanah yang ramah

Tak kulihat mentari pagi yang muncul dipucuk cemara

Seperti biasa kutatap lewat jendela

Tak juga kucium aroma khas masakan ibu.

Hanya roti berlapis susu dan keju

Ibu, aku terdampar ke kawanan asing tesepi sendiri.

 

Sang ibu melipat surat dalam tangis

Hati meringis batin mengemis

Bibir tipis berbisik miris:

Kau rindu sesuatu anakku

Sesuatu yang tak kau tahu, telah lenyap bersama waktu

Keserakahan melenyapkan semua

Rindu mereka tidak lagi pada hal yang sama

Karena rindu berganti rupa

Pada hidup hedonis penuh pesona

Tanah dan air tak jelas pemiliknya

Hutan belatara pun ada yang punya

Gunung dan bukit pun kian merata

Mereka semena mengganti rupa

 

Campuran kuning dan biru

Telah mengganti warna daun kesukaanmu

Angin menderu terkurung diruang rindu

Pada dinding beton mencakar langit,

Mengurung laut,

Bayu terpaku mengadu,

Dan ter-paku beku

Anakku, semua telah berbeda,

Semua berbeda… tidak lagi sama

Kecuali rindu kita

Rindu pada hal yang sama---@April 2010

 

 

 

BULAN BERJANJI SEPI

 

Bulan ini kita mematri

Janji tanpa hati

Kita akan baik-baik saja

Semua terkendali

Semua tak akan terkendala

 

Semua kita hadapi bersama

Bersama buat kita semua

Yang harus dilakukan segera

 

Maka camar menari bersama

Mengitari luasnya samudra

Tanpa rasa takut mendera

Tanpa lelah melata raga

Bagai arjuna berbisik mesra

Aku cinta kau sepenuh jiwa

Namun menghilanng tanpa makna

 

Membabi buta kau lupakan makna kata

Hutan indah kau gadaikan semua

Lautan kaya kau jual pula

Sungai yang ada hampir tak bersisa

Sebuah dusta terpatri disana!

Bulan demi bulan kembali

Tanpa makna, tanpa sisa

Kami meringkuk, menekan perut

Mememah janji mengunyah mimpi

Dan kau angkuh menepuk diri.--- @Mei 2010

 

 

 

GO GREEN

 

Aku melangkah goyah

Diantara gedung-gedung mewah

mataku menatap lelah, mulutku mengeja pasrah

Membaca kata-kata diukirr indah

Besar dalam spanduk merah

Go Green, Go Green

Terpampang besar di beton megah

 

Gedung-gedung berwarna hijau

Yang bangga ciptaan manusia

Mengejek pohon digelimpangan

Membunuh ciptaan Tuhan

Daun hijau mati mengering

Tercabut dari kokoh akarnya

Tak mampu menyimpan lara

Mengkerut mengeriput duka

Menyatu memeluk bumi

 

Dalam siulan dan pekik sunyi

Diantara deru bayu yang berlari

Diantara desah angina yang memburu

Daun, ranting, pohon yang mengering

Mendendangkan rima bersama

Manusia lebih butuh tempat sementara

Daripada pelihara keindahan alam

Yang memberi nafas lebih lama

Mereka butuh kemewahan bukan kehidupan

Pada hidup yang lebih menghidupkan--- @ 4 Juli 2010

 

 

 

SELINGKUT KATA

 

Kata beribu makna

Kata bermakna tunggal

Kesepakatan tidak sepakat

Sepakat atas ketidak sepakatan

Kita terjebak didalamnya

 

Menyaring, menyuling, menyusun kata

Tertata terjaga, mengalir menggulung lidah mengeja

Nafas tersengal, terengah lelah agar tidak salah arah

 

Akhirnya

Tersengak terhenyak

Mendayung kayuh menjemput makna, sampai!

Berguling gayuh menghantar makna, tak sampai!!

Ketidak pahaman memaknai

Sembunyi diselingkut mau dan mampu

Karena makna ditelikung oleh kekuasaan di tangan--- @Agustus 2010

 

 

 

PERGILAH BILA HATI TAK LAGI BERARTI

 

Buang sauhmu jauh, biarkan ombak mengubah labuh

Biarkan camar mengiringi kepergian

Dalam lautan tak bertepi

 

Hidup tak selalu berteman, matipun tak perlu sendirian

Bila hati tak berpintu

Jantungpun tak usah berdenyut

 

Di sini di jantung hari

Sebuah hati menggelepar

Menyimpan keresahan sendiri

Karena keangkuhan dan ketidak pedulian

Telah mengeringkan semua kegairahan

Menghitamkan semua kehijauan

Membiarkan lelatu membakar semua

menghanguskan menjadi abu

Terbang melayang seperti debu

Lenyap tanpa bekas berarti

Akankah terbuka kesuburan baru

Menyuburkan tunas-tunas muda

Yang mengendap diantara kelam

Bertahan diam dalam kegelapan

Diselamatkan karena Cahaya-Nya

Kan Selalu ada

Hadir dalam sebuah Asa --- @ November 2010

 

 

 

RUTINITAS

 

Helaan nafas mengerang, helaan kata mengarang

Menyatu menjadi karang, membatu diterpa gelombang

Tegap tegar menghadapi geger gelegar kota besar.

Kembali ke Kota.

Kembai ke rutinitas kerja.

Menghadang gempitanya suasana.

Siapa mau bicara, siapa mau kelola.

Lalulintas tanpa aturan kota metropolitan.

Menyambut banjir bandang di tiap sudut kota

Aku adalah bagian dari kerumitan

Kompleks, kacau dan kosong

Aku di dalamnya.

Tak terbaca dan tak terdata! --- @ Januari 2011

 

 

 

BENIH DAMAI

 

Kusemai benih damai

Agar tak kau kenal arti lerai

Namun hujan yang merinai

Tak mampu hidupkan jiwa

Ulat semakin merajalela

Aku terbengkalai dalam rasa

Tak selesai, kerja tak pernah usai

Tanpa kata, tanpa makna--- @Februari 2011

 

 

 

LELAH

 

Engkaupun terpuruk

Dalam lelah yang meleleh

Padahal senja baru berucap

Selamat tinggal cahaya

Jangan kau benam dirimu

Dalam gelap yang bakal menyergap

Pengap…nafaspun hamper senyap

Melesap… melenyap--- @ KLIA, 1 Februari 2011

 

 

 

LUKISAN ALAM

 

Bagai gerombolan hewan, mengapas putih bergerak pelan ke Selatan.

Gembala riang menikmati siulan suling bernyanyi memuja dan memuji alam.

Iramanya lentur teratur menawan.

Ternak kelaparan menundukan kepala memamah semua yang ada,

Rumput menghampar hijau bagai permadani menutup semesta

Semua berjalan apa adanya

 

Bagai pesta dipagi hari, gerombolan burung berlomba meperdengarkan suara,

Tak peduli jenis atau iramanya

Kera berlompatan menembus kehijauan bertengger di dahan

Kijang kencana bercengkerama,

Semut beriring saling menyapa

Pada ranting menjurai gagah,

Melemah dalam ayunan pebalet lincah

Karena hutan milik bersama

Meski ada yang mengaku sebagai raja

Keindahan alam mesti dipelihara

Semua terjaga dalam ketertataan

Ekologi kebutuhan

 

Kumpulan hewan tanpa nama, berunding, lalu menyapa dan bertanya kepada Gembala

Yang duduk jumawa diatas Singgasana

“Bukanlah kalian juga hewan, yang bahkan diberi kelebihan

Tidakkah bisa merasakan semua kenikmatan

Jutaan tahun telah Tuhan ciptakan.

“Kenapa kalian saling menghancurkan?”

Siulan suling sumbang memekik nyaring dan garing tak beraturan

Sang gembala terhenyak hening, menggerung gering.

Dalam ekologi kehancuran--- @Maret 2011

 

 

 

AJARKAN AKU AGAR PAHAM ! !

 

Kalau aku berdiri antara Sartre dan Camus

Bukan untuk menolak keberadaan-Mu

Kalau aku merentang panjang sebuah Tanya

Bukan untuk menggugat petunjuk-Nya

Tetapi ketidakpahaman akan kata

Selalu butuh penjelasan tentang makna

Bukan cerita mempertakut

Atau berita bikin semaput

Yang harus dipendam diam

Sampai maut hadiahkan kematian

 

Adakah dosa dan pahala

Berputar di satu pusat

Mendayakan bawah pusar

Menekan dan menindas

Merenggut kekuasaan

Sampai yang nafspun meranggas

Ketika pusat bergeser ke pusar

Ketika kotak kosong

Bertengger diatas leher

Dan pusat membusung

Pusar melebar besar

Berjalanpun tak lurus

Mulut masih berputar

Antara haram dan halal

Antara dosa dan Neraka

Antara pahala dan Sorga

Tanpa paham maknanya

Karena sorga yang dicari

Hanya sebatas dua menara

Tanpa pernah membaca tanda-tanda-Mu

Adakah tanda yang Engkau kirim

Ataukah Engkau salah kirim tanda?

Sehingga mereka benarkan semua

Lalu berbuat sesukanya dengan

Mengatas namakan Engkau

Bergairah menjual nama-Mu

Berkutat keras sebut nama-Mu

Maka sahihlah semua tindakan

Hancurkan manusia dan Alam

Tuhan,

Ajarkan aku agar paham

Pada tuan-tuan----@Maret 2011

 

 

 

ZOMBIE

 

Sekelompok orang dengan penuh marah  melempar segala yang mereka bawa ke Gedung Perwakilan dan Pemimpin mereka.

 

Seseorang bertanya: “Hey, kenapa? Tidakkah kalian menyintai mereka?”

Dengan suara koor antartakut, seedih sesal juga penuh amarah yang ditekan dalam diam berkepanjangan, mereka menjawab: “Mulanya sebuah cinta dalam harapan kami suburkan. Tetapi kesadaran menyenak benak kami. Ternyata mereka Zombie. Tubuh mereka kosong tanpa otak dan hati. Kini mereka bahkan mulai memaknai teman-teman kami. Bisakahcinta dioertahankan lagi?”

 

Hening, kaku dan membeku, karena Zombie memang tak mau tahu atau tak mampu untuk tahu.

Tuhan ampuni kami atas kesalahan ini. Bukakan hati mereka, sadarkan mereka bahwa dibalik tubuh kami yang kurus, masih ada hati yang tulus--- @Agustus 2011

 

 

 

SIULAN SUNYI

 

Dari dalam perut kuda besi aku tertegun

Berlari meliuk menapaki rel terengah resah

Terkepung antara kebiruan laut

Menghampar menggelombang riang

Kekuning-hijauan aneh pepohonan

Menyatu dalam pesonanya yang sumir

 

Aku terbius di alam yang membias pias

Laut dan bukit menelan anganku

Dia, dan senyap, kecuali irama cas cis cus

Zegezeg gezeg zegezeg gezeg

Tuuuuuuuuuuuuiiiiiiit

 

Dari dalam perut kuda besi yang meliuk berlari tak henti.

Aku tertatap alam luas bebas.

Melewati sawah-sawah menguning sebelum saatnya

Didera kering mengerontang.

Pucukknya bergoyang melayang.

Begitu lama tidak bercumbu dengan hujan

 

Burung yang biasa mengerubungi

Telah menapak lari.

Membawa pergi kecewa hati

Karena hari ini tak lagi paruh mengisi

Perut telah berhari memekik sunyi

 

Kemarau ini begitu panjang

Mengeringkan semua yang ada

Membiarkan mulut-mulut kecil menganga

Hatiku tertancap disana

Lara--- @September 2011

 

 

 

KITA SALING BUTUH

 

Gemerisik indah daun berbisik

Kecipak air sungai bergelut

Nyanyian jangkrik menggelitik

Aku tersipu malu dipelukmu

tubuh telanjangku damai diharibaanmu

Tergolek dalam pelukan angin

Halimun dingin menyelimuti kita

Aku menatap nafasku membumbung

Menebar malam menuju tubuhmu menanti

 

Kucumbu kau ditaman ini

Nafasku menyentuh ragamu

Lapar kau menangkap dan melahap

Memberi kehidupan penuh arti

Menjaga sebuah kesinambungan

 

Aku mencium aroma segar mewangi

Kuhirup panjang mencapai relung hati

Menyelinap menggapai rongga jantung

Yang memberi oksigen kehidupanku

Memberi kesegaran tubuh hampir rubuh

 

Kita saling butuh kehidupan

Jaga kelestariann hidup sampai mati

Memberi dan menerima menjaga rasa

Kenapa musnahkan semua asa

Biarkan tunas-tunas muda saling tumbuh

Hirup kehidupan penuh sunngguh menyeluruh---@Desember 2011

 

 

 

NYANYIAN PAGI

 

Pagi nan ramah, aku melaju penuh gairah

Mataku nanar mencari arah.

Seonggok besi yang dibentuk indah

Menghantarku melangkah membelah kemacetan ibu kota

Aku tak hendak membanndingkan

 

Bangsaku yag ramah tamah

Alamku yang menawan indah

Bumiku kaya melimpah ruah

 

Dengan Negara yang sumringah

Cerdik pandai dan penuh gairah

Lewat nyanyian dan silat lidah

Lalu semua, kepada mereka berpindah

 

Ini negaraku, Bangsaku dan cintaku

Kalau tenggelam dan terbenam,

Maka aku ada bersamanya

Karena cinta kadang memang aneh

Menjadi aneh di negeri Santo dan Santri

Rakyat tak kehilangan gairah

Meski ditipu mentah-mentah---@Desember 2011

 

 

 

ADA RINDU

 

Ada rindu disini

Gemerisik langkah emak

Suir sarung dibetis memadi

Siul burung mengiringi

Yang menyisir sawah

Menuruni lembah

Getar nafasnya yang indah

Langkah kaki yang kuat

Menyentuh bumi tanpa batas

Tanpa alas yang menyatu

Dalam pelukan rumput dan lalang

Dalam sentuhan kaki telanjang

 

Aku rindu suara nenek

Yang menghalau ayam

Menjemur padi di halaman

Sambil riang berdendang

Dalam syukur tak terbilang

Dan senyum tak pernah hilang

 

Aku rindu tangan bibi

Yang membimbing kepasar pagi

Berjalan saja karena semua ku kenali

Saling menyapa tanpa menawar

Tiada amarah atau memanah

Karena kami begitu dekat

Karena kami begitu lekat

Paham hidup kan hilang sekejap

Maka persaudaraan perlu diikat

 

Aku rindu tangan bapak

Yang giat menyangkul sawah

Seperti emak mengusir nyamuk

Yang siap menyantap darah kami

Ayah menjaga sawah dari burung

Yang suka memamah buah sawah

Agar kami dapat hidup

Agar udara tetap kami hirup

 

Aku rindu tubuh kakek

Yang penuh kasih dalam peluh

Yang memeluk ladang

Yang memagut hutan

Demi kehijauan demi kelestarian

Demi kesinambungan

Agar alam menjadi hidup

Agar hidup menjadi teman

Raga pun mereka serahkan

Menyatu dengan tanaman

Dipeluk tanah dan ranah

Memberi nafas kesuburan---@Padang 2011

 

 

 

SEJARAH KITA DALAM KOTA

 

Kubawa rindu dalam lentur tubuhku

Yang dibalut kafan kenangan

Diusung dalam keranda penuh duka

Ada luka dalam duka

Kuusung ke kota ini,

Melaka yang menyimpan sejarah kota

Yang membenam sejarah kita

Melaju dalam jalan penuh kenangan

 

Aku tertegun tanpa aksara bermakna

Dalam kota penuh cerita

Tetang keruntuhan dan kepahlawanan

Tentang keberanian dan ketakberdayaan

Yang menyatu membangun keinginan

Memelihara sejarah masa lalu

Membangun masa depan

 

Sejarah baru anak cucu

Karena sejarah

Manusia bermakna

Karena sejarah

Manusia ada

Karena sejarah

Mengajar manusia

Sejarah menyejarah

Mengenal manusia

Di kota ini--- @ Melaka, 31 Desember 2011

 

 

 

SIKLUS

 

Sekali lagi, kusobek lembaran akhir.

Namun bukan yang terakhir

Ritual ini tak pernah berakhir

Aku menyobek tahun

Membentang jari, menghitung hari

Masuk ke tahun bertahun-tahun

Tak cukup jari kumiliki, menghitung waktu kulewati

Keriput sejarah diwajah, mencatat setiap remah

Ayunan langkah tinggalkan jejak memerah

Bagai darah menuju satu arah berhenti di otak

Bertanya lemah dalam teka teki sunyi

Tak berbunyi tanpa nada atau tanda

Penuh Tanya dalam rasa,

Bergulir dan terus mengalir

Adakah sejarah tercetak hari ini

Bermaknakah sejarah kemarin

Bisakah direka sejarah esok dan lusa

Sejarah yang bukan cerita rekaan

Menabur pesona atau membangun citra

Sejarah yang dicatat Raqib atau Atid

Tanpa rekayasa dalam cerita

Semua tercatat semua yang nyata

Mencapai batas janji

Entah sampai entah

Kini, esok atau nanti? Entah lah!--- @ 31 Desember 2011 jam nolnol

 

 

 

AKU MASIH DISINI, MENANTI

 

Engkau menyelinap dalam mimpi-mimpi

Merayap dalam malam-malam sepi

Bayangmu tertumbuk di luruhnya hati

Aku masih disini, menanti

 

Bumi menua rekah melara

Dalam keriput wajah lelah

Tercabik dan tercerabut pasrah

Aku masih disini menanti

 

Panas membakar sepi, melelehkan karang ditepi

Mengeringkan sungai dihati

Aku masih disini menanti

 

Kesuburan mulai menampik,

Kehijauan mengering kerisik,

Kerontang tanah letih memekik

Aku masih disini menanti

 

Merpati putih melayang rendah

Memasuki relung tak terjamah

Dalam resahnya diri bersenandung lemah

Semua mongering sudah

 

Bulan merunduk malu, bintang mengedip kaku

Matahari meredup pasrah, bersatu dalam jiwa lelah

Resah meremah lelah, menggapai tak sampai

Dalam bengkalai tak selesai, aku masih disini

Tak lagi peduli, terjaga dari mimpi-mimpi---@Januari 2012

 

 

 

SEJARAH KITA DALAM KOTA

 

Kenapa rindu selalu menelisik

Ketika sepi tidak terusik

Sekelebat bayang melayang

Membimbang menggamang

Rindu makin menggelenang

Kupetik bunga rindu dari taman hati

Meski musim semi tak singgah disini

Bunga rasa selalu tersemai

Aku terhenyak coba berdamai

Walau galau dan kacau

 

Lalu pesan itu datang

Setelah waktu tak terbilang

Kau tulis untukku, sekali!

“aku cinta kamu sungguh!

Selalu dan selamanya

Tak pernah berhenti sampai ku mati

Cinta ini alasan terbesarku

Tak pernah menyuratimu

Aku ingin kau tahu, kekasih abadiku

Kenang aku dihatimu

Seperti aku selalu mengenangmu”

 

Itu tulismu dalam pesan pertama

Setelah kepergianmu hari itu

Ini pun menjadi pesan terakhirmu

Untukku.--- @Puncak, 14 Februari 2012

 

 

 

PESONA MELAKA

 

Melaka yang sakti

Kutemui aroma baru

Tentanng sejarah yang harus dipaku

Dalam kenangan yang menyatu

Dalam berita ataupun cerita

Dalam kata ataupun nyata

Membangun yang baru

Mempertahankan yang lama

Dalam berbagai replika

Agar sukma terpelihara

Dan jiwa tetap terjaga

Aku terpesona

Karenaada yang terpupus

Tanpa lara yang menggoda---@Melaka, 31 Maret 2012

 

 

 

TIKAM JEJAK

 

Jangan tinggalkannbjejak

Pada tempat yang kau injak

Tikamnya merasuk jauh ke sukma

Membelit hati meregang jiwa

 

Kalaupun kau usap luka yang menorah

Ada juga duka yang tak bisa ditoleh

Komat dalam kamit busa berbuih dimulut

Menekan menikam buat jejak membarut

 

Torehan itu menyakitkan Tuan

Luka itu memerih dan memedih

Adakah kisah yang bercerita

Tentang langkah yang terseok

Namun meninggalkan jejak

Yang kau tikam penuh dendam

 

Ada sungai yang mengalir

Mencetak kaki cacing menjejak ular

Membesar dalam ligkar

Mengecil dalam bulir

Lalu meniada dalam ada

 

Tuan,

Adakah adamu karena adaku

Ataukah adaku dari dendam yang tertikam

Yang menjejak dari masa lalumu

Kau suburkan dalam kisah-kisah sendu

Dan merasukku dan menusukku

Aku terpaku ngilu

Memaku diriku diam

Bicaraku itu!

 

 

 

KEMBALI KE RAHIM IBU

 

Ingin kubawa kau kembali

Dalam rahimku kau meringkuk yaman

Kunikmati tendangan lembutmu di dindingku

Lewat tali pusarku kau menghisap kehidupan

Dinding rahim dunia memeluk damai

Siang malam cinta untukmu kusemai

 

Ingin kurengkuh kau kembali

Dalam pangkuan ibu kau kuteteki

Kubiarkan kakimu berayun di jalan  ini

Seperti dulu kala kau menatapku

Saat mulutmu rakus isap putingku

Kubelai kau siang atau malam hari

 

Aku tergelak saat kau belajar tegak

Bagai bidadari kau lenggok menari

Melangkah terjatuh dan kembali berdiri

Tawamu renyah berderai

Tanganmu terayun melambai

Ahai. Kemarilah

Mendekatlah ke Bumi ibu kembali

Dunia kejam tidaklah milikmu

Mari kembali ke rasa ibu

 

 

 

 

 

 

 

 

Belum ada Komentar untuk "Kumpulan Puisi Bumi Bicara (Free Hearty)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel